Contoh Laporan Tugas Praktek Lapangan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pembuatan Gula adalah rangkaian
proses dari pemetahan Nira gula. Pemurnian, Pengentalan, Pengristalan dan
pemisahan hingga dapat hasil akhir gula putih dan tetes sebagai bahan ikutan.
1.1
Latar Belakang
PG
Sindanglaut berdiri tahun 1896 dengan nama “Singdanglaoet” oleh NV. Mij Tot
Exploitatie der Suiker fabriek “Sindanglaoet” dan berkantor direksi di Jakarta
dengan nama CV Waller & Plato. Ditahun yang sama berdiri pula PG Karangsuwung
dengan nama “Karangsoewoeng” oleh NV. Mij Tot Exploitatie der Suiker fabriek
“Karangsoewoeng” dengan Kantor Direksi NV. Koey & Coester van Voerhout.
Pada tahun 1937 berdiri pula PG Tersana Baru dengan nama “Nieu Tersana” oleh
perusahaan swasta milik kerajaan Belanda, yaitu NV. Landbouw Mij Tersana dengan
Kantor Pusat di Bandung dan Jakarta dengan nama NV. Cultuur Mij Parakan Salak.
Ketiga pabrik tersebut merupakan bagian dari beberapa perusahaan perkebunan
milik Belanda baik perorangan maupun badan hukum.
Abad ke – 8: Andrew van Hook memperkirakan ada dua tempat dari mana asal
tebu, yaitu India Timur dan Pasifik Selatan. Sejarah penyebaran tebu gula
mungkin dimulai oleh orang-orang Cina dan Arab sekitar abed ke-8. Sebagai
pedagang, mereka menyebarkan tebu India yang dibawa dari daerah Sungai Gangga
ke wilayah Selatan Samudera Hindia, dan mungkin dalam perjalanan perdagangan
tersebut, mereka sempat menyebarkannya ke pulau Jawa.
Sejak tahun 1830 di Pekalongan terdapat tiga buah pabrik gula yang beroperasi
untuk menggiling tebu-tebu gubernemen, dua diantaranya dioperasikan oleh
orang-orang Tionghoa, yaitu oleh Gou Kan Tjou di desa Wonopringo dan Tan Hong
Jan di desa Klidang. Sedang yang ketiga dioperasikan oleh Alexander Loudon,
seorang bekas pedagang besar Inggris yang dilibatkan kerja administratif dalam
kurun pasca Raffles. Loudon bersama De Sturler dan Verbeek membangun pabrik
gula Poegoe dan Gemoe di Kendal pada tahun 1835-36.
Varietas tebu yang ditanam merupakan jenis terbaik, dengan kadar rendemen
(kadar gula dalam tebu) tinggi yang hanya dihasilkan oleh tebu yang dikenal
dengan sebutan zwarte Cheribonriet (Tebu Hitam dari Cirebon), mulai digunakan
sistem Reynoso tahun 1863, para buruh tebang (rappoe) bisa menghasilkan antara
30 hingga 50 ikat / kolong tebu (atau antara 750 hingga 1.250 batang tebu).
Panen setiap tahun, untuk setiap bau tidak mencapai 25 pikul. Jumlah yang
sering didapat dalam setiap panennya antara 17 hingga 22 pikul. Setiap hari,
selama musim panen dan giling, pabrik memerlukan 40 hewan penarik beserta
tukang gerobak.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui proses
pembuatan gula secara langsug di lapangan.
1.3 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana
proses produksi pembuatan gula putih yang di lakukan di PG. sindang laut?
2. Apa saja peralatan yang digunakan dalam
proses produksi ula pasir ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemerahan Nira
Tebu
yang telah dipersiapkan di halaman pabrik ditarik dengan loko ke penggilingan,
selanjutnya diangkat dengan pengangkat tebu ke meja tebu. Dari meja tebu, tebu
diangkat dengan krapyak tebu masuk ke Chopper Shedder, Disini tebu dipukul/
dicacah sehingga halus sedang Nira tebu terserap dalam hasil cacahan (tidak
terjadi pemerahan Nira). Selanjutnya Nira tebu akan mengalami pemerasan mulai
gilingan keI higga penggilingan ke IV sebagai gilingan akhir.
Untuk
mendapatkan hasil pemerasan yang maksimal diberikan air pengencer (imbibisi)
selama proses pemerahan. Hasil pemerahan gilingan berupa nira mentah dan ampas.
Nira mentah yang dihasilkan diproses untuk dijadikan gula, sedangkan ampasnya
dijadikan untuk bahan bakar etelan.
2.2 Pemurnian
2.2.1 Pemanas
pendahuluan 1
Nira
panas ditimbang di pompa ke pemanas nira dipanasi sampai suhu 70-750C,
dengan tujkuan untu membunuh micro organisme utu mempersiapan nira untu proses
selanjutnya.
2.2.2 Defikasi
Defikasi
adalah membubuhkan susu kapur ( Ca (OH)2) pada nira mentah dari
pemanas pendahuluan 1 secara kontinyu dalam suatu bencana reaksi yang disebut
defekator. Susu kapur yang diberikan dengan kekentalan kurang lebih 70
Be ( Derajat Jerman) sampai dicapai pII 10,0 – 10,5.
2.2.3 Sulfitasi
Sulfitasi
adalah pemberian gas sulfur dioxida ( SO2) pada Nira terkapur sampai mencapai pH 7,0 –
7,2 gas belerang (SO2) untuk menetralkan kelebihan kapur dalam Nira.
Gas SO2 ini diberikan secara kontinyu dalam bejana reaksi yang
disebut bejana sulfatasi. Reaksi kimia yang terjadi
2.2.4 Pemanas Pendahuluan II
Memanaskan
nira sulfitasi sampai suhu 1000 – 1050Cdengan tujuan
menyempurnakan proses reaksi dan memperbaiki proses pengendapan.
2.2.5 Bejana Pengendapan
Untuk
memisahkan Nira Jernih dan Nira Kotor, Nira yang telah dipanasi dalam pemanas
pendahuluan II sebelum masuk ke Bejana pengendap diberikan bahan pembantu pegendap
yang dinamakan Floculant (zat electrolit) dengan dosisi 3 ppm, kemudian Nira
dilewatkan ke Bejana Pengembang dengan tujuan untuk mengeluarkan atau
melepaskan gas-gas yang terbawa/berada dalam Nira serta menyempurnakan hasil
reaksi. Dalam Bejana pengendap ini akan terjadi proses pengendap sehingga dapat
dipisahkan antara Nira Kotor dan Nira Jernih.
2.2.6 Penapisan
Adalah
memisahkan kotoran (Blotong) Dengan Nira Jernih (Nira Tapis), Kemudian Nira
tapis ini dikembalikan ke peti Nira mentah ke timbang Blotong nya diangkut
kelahan pertanian untuk pupuk organik (kompos) atau digunakan sebagai bahan
bakar alternatif (pengganti sekam padi atau kayu bakar) pengeboman bata merah.
Proses penapisan atau pemisahannya dengan meggunakan alat saringan Hampa (Vacuum
Filter).
2.3 Penguapan
Adalah proses penguapan air atau pengentalan Nira sampai dengan batas
kekentalan tertentu 600-640 Brix).
2.3.1 Pemanas Pendahulua III
Untuk memanaskna nira Encer/Nira jernih hasil proses pemurnian hingga
suhu didih ( 105-1100C) sebelum Nira masuk kedalam Bejana Penguapan.
2.3.2 Bejana Penguapan
Nira dari pemanas pendahuluan II kemudian masuk ke Bejana Penguapan
(Evaporator). Proses penguapan dilaksanakan dengan ganda empat ( Quadruple
effect ) pada tekanan rendah (Vacuum). Utuk memanasi bahan penguap pertama
digunakan uap bekas. Uap Nira dari badan I digunakan untuk memanasi badan
penguao ke II uap Nira dari badan II untuk memanasi badan penguap ke III, uap
nira dari badan III digunakan untuk memanasi badan penguap ke IV, sedangkan uap
nira dari badan ke IV (akhir) diembunkan dalam bejana yang disebut condensor
(Bejana Pengembunan). Hasil akhir dari proses penguapan (nira yang keluar dari
badan penguap ke IV) ialah Nira Kental engan kekentalan 320 beaume
atau – 640 brix.
2.3.3 Sulfitasi Nira Kental
Adalah untuk memucatkan warna Nira dan menurukan pH, agar dalam proses
kristalisasi dihasilkan gula yang putih. Nira kental yag keluar dari badan
akhir Bejana penguapan ke IV dipompa masuk ke peti tampung nira kental. Dalam
bejana sulfitasi ini nira kental dialirkan gas belerang dioksida ( SO2)
secara kontinue higga dicapai pH 5,4-5,6.
2.4 Kristalisasi
Proses ini untuk ngenkristalkan gula(sukrosa) yang terdapat dalam nira
himgga dihsilkan kristal dengn ukuran tertentu proses kristalisasi dilaksanakan
tiga tingkat A, B, dan D.
2.4.1 Masakan A
Mengkristalkan sukrosa dari nira kental samopai ukuran tertentu dengan
bibit gula D2. Hasil msakan A terdiri dari gula A dan stroop A.
2.4.2 Masakan B/C
Mengkristalkan sukrosa dari stroop A dengan bibit gula D2
hasil masakan B terdiri dari gula B dan stroop B.
2.4.3 Masakan D
Mengkristalkan sukrosa dari stroop A stroop B dan klore D dengan bibit
fondent bubuk gula) hasil masakan D terdiri dari gula D dan tetes.
2.5 Pendinginan
Proses pendinginan ini bertujuan agar terjadi proes kristalisasi lanjut
sehigga kehilangan gula dalam tetes seminimal mungkin. Untuk masakan A dan B
dari palung pendingin langsung dipompa ke stasiun pemisahaan tanpa pendinginan,
dan untuk masakan D didinginkan selama 24 jam.
2.6 Pemisah (Puteran)
Adalah memisahkan kristal gula dan stroop atau tetes dengan menggunakan
alat pemisah (saringan berputar).
-
Untuk masakan A dan B : - alatnya bekerja secara
terputus (Batch).
-
Untuk masakan D : - alatnya bekerja secara kontineu.
2.6.1 Puteran A
Memisahkan kristal gula A dan stroop A pada alat pemisah ini ditambahkan
air panas untuk pencuci, gula A sebagai gula produk.
-
Gula A diangkut dengan alat angkut gula A (
Screw Conveyour) ke mixer A/B dengan diberi air panas untuk menghilangkan stroop
A yang menempel pada kristal gula A. Pada mixer gula A/B ini gula A dan B
dicampur kemudian dipompa ke distributor puteran SHS.
-
Stroop A dipompa ke stasiun kristalisasi untuk
diproses dimasakan B dan D.
2.6.2 Puteran B
Memisahkan kristal gula B dan stroop B. Pada alat pemisah ini ditambahkan
air panas untuk mencuci, gula B sbagai gula produk.
-
Gula B diangkat dengan alat angkut gula B (
Screw Conveyour) ke mixer A/B dicampur dengan gula A.
-
Stroop B dipompa ke stasiun kristalisasi untuk
diproses dimasakan D.
2.6.3 Puteran kelapa (SHS)
Memisahkan kristal gula produk dengan cairannya (klare) SHS dengan diberi
air dan uap sebagai pencuci kristal.
-
Klare SHS ini dipompa ke stasiun kristalisasi
untuk diproses dimasakan A.
-
Gula SHS yang dihasilkan diangkut dengan alat
angkut ke alat penyaringan gula.
2.6.4 Puteran D
Masakan D ini
diputar 2 kali:
1.
Putaran D 1 : menghasilkan gula D1 dan stroop D
(Tetes).
-
Tetes yang dihasilkan dipompa/ditampung ditangki
tetes.
-
Gula D1 diangkut dengan alat angkut (Screw
Conveyor) ke mixer D1 dengan diberi air panas untuk menghilangkan tetes yang
menempel pada kristal gula D1 kemudian dipompa ke distributor puratan D2.
2.
Putaran D2 : menghasilkan gula D2 dan klare D.
-
Klare D dipompa ke stasiun kristalisasi untuk
diproses di masakan D.
-
Gula D2 yang dihasilkan ini sebagai didit
masakan A dan masakan B.
2.7 Penyelesaian
Gula
SHS yang dihasilkan diangkut alat angkut ( Grass Hopper Conveyor) ke alat
penyaringan gula (Vibrating Screen) selama berada dalam alat angkut gula (
Grass Hopper Conveyor) gula mengalami pendinginan dan pengeringan. Sarinag gula
(Vibrating Screen) terdiri dari 3 macam yaitu :
1.
Saringan gula kasar
2.
Saringan gula normal
3.
Saringan gula halus
Dari ke 3 gula saringan ini dihasilkan :
1.
Gula kasar, dilebur kembali kemudian dipompa ke
stasiun kristalisasi dimasakan A.
2.
Gula normal, dengan ukuran besar butir jenis
0,8-1,1 mm yang disebut gula produksi SHS yang selanjutnya dikarugi kemudian
ditimbang dengan berat bersih 50 kg, dijahit da disimpan di gudang gula.
3.
Gula halus, dilebur kembali kemudian dipompa ke
stasiun kristalisasi diproses dimasakan A.
BAB III
ALAT
PEMBANTU PROSES
3.1 Ketelan
Menghasilkan uap baru diguakan untuk menggunakan mesin-mesin uap, turbine
generator listrik dan lain sebagainya sedangkan uap bekas dari mesin-mesin
digunakan untuk pemanas nira.
3.2 Alat Pembuat Susu Kapur
Untuk membuat susu kapur dengan cara pemadaman yaitu kapur toroh diberi
air hingga menghasilkan susu kapur dengan ketentuan : 70 beaume
(derajat jerman)
Reaksi kimia :
(kapur toroh + air) (suhu
Kapur)
3.3 Kapur Belerang
Untuk membuat gas SO2 dari belerang dengan cara belerang
dibakar dan dialiri udara kering.
Reaksi kimia :
(belerang+udara) ( gas belerang dioksida)
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Proses produksi pembuatan gula putih yaitu meliputi pemerahan nira dari
batan tebu, lalu pemurnian nira yang bertujuan untuk membunuh micro organisme.
Penguapan bertujuan untuk mengentalkan nira dengan batas kekentalan 60-640
brix. Proses yang selanjutnya yaitu pengkristalan gula yang dilaksanakan tiga
tingkatan (A, B, dan D ) di setiap tingkatan ini mempunyai fungsi yang
berbeda-beda. Pendingian bertujuan agar proses kristalisasi lanjut sehingga
kehilangan gula dalam tetes seminimal mungkin dan selanjutnya pemisahan gula.
Dan alat-alat pembantu dalam proses pembuatan gula ini sangat di perlukan
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria gula yang di kehendaki
konsumen.
4.2 Saran
Laporan Kunjungan
PROSES PRODUKSI GULA PASIR
PG. Sindang laut cirebon
Untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah manajemen produksi
Kelompok 2
Comments
Post a Comment